Saat itu matahari masih enggan keluar dari kandangnya untuk segera melakukan tugas rutin. entah karena malas atau merasa tak percaya diri karena awan hitam terlalu berkuasa, terlalu mendominasi langit hari itu. Di satu rumah yang masih berantakan, sarapan pun belum tersaji, tanaman belum mendapat siraman, sisa-sisa kebejatan semalam masih berserakan dilantai. Dan percakapan itu pun terjadi….
Hati: “Aku perlu bicara, tolong duduk sebentar.”
Otak: “OK. Kenapa? Kamu ngomong aja, aku sambil nyelesain pekerjaan ini.”
Hati: “Berhenti dulu donk, aku perlu ngomong serius.”
Otak: “Ada apa lagi sih? kamu kan tau, banyak harus kita capai n selesaikan.”
Hati: “Itu yang ingin aku bicarakan, yang ingin KITA capai dan selsaikan. Ini berkaitan dengan hubungan kita. Sebenernya apa sih yang ingin kamu capai?”
Otak: “Loh? Pertanyaanmu aneh, seperti kebanyakan lah, aku pengen kita punya karier yang bagus, punya harta yang banyak, rumah, kendaraan. Intinya apa pun yang kita inginkan bisa terwujud dengan jentikan jari.”
Hati: “Kamu ga bertanya apa yang ingin aku capai? Karena ini berhubungan kengan KITA bukan?”
Otak: “Ha..ha… kamu tuh lucu deh, kita itu two become one, jadi seberapa beda sih, apa yang kamu ingin capai dengan yang ingin aku capai, paling bedanya dalam ukuran mikro, kalaupun ada. Kita tuh seperti Batman n Robin, kita punya cita-cita dan tujuan yang sama.”
Hati: “Just ask me, please!”
Otak: “Oke, klo itu bisa bikin kamu senang. Apa sih yang ingin kamu capai?”
Hati: “Aku ingin merasa tenang dan nyaman dalam menjalani hubungan kita.”
Otak: “Betulkan aku bilang, cuma dalam ukuran mikro, apa yang ingin kamu capai dan yang ingin aku capai sama, cuma kita menyampaikannya dalam bahasa yang berbeda.”
Hati: “Sama bagaimana? Aku melihatnya beda.”
Otak: “Let’s me do the math for you, karena memang biasanya aku yang melakukan itu, kan, heeh. Ketika kita memiliki apa yang ingin AKU capai, kita memiliki, jentikan jari ajaib, apa KAMU tidak akan merasa tenang? Apa KAMU tidak akan merasa nyaman? Intinya cuma itu ko’ sederhana aja, kamu aja yang bikin jadi rumit.”
Hati: “Kamu bicara hasil, tapi melupakan proses. Kamu bicara seolah jentikan jari ajaib itu di dapat dengan mudah, ada di bungkus kopi saset yang biasa kamu minum, ada di kuis sms saat jeda pertandingan liga yang biasa kamu tonton di TV.”
Otak: “Tapi memang menurut pikiran ku…..”
Hati: "Kamu lupa atau, memang melupakan, kalau dalam menjalani proses mencari jentikan jari ajaibmu itu, kamu menjadi sangat rasional, sangat sangat rasional, mengandalkan hitung2an mu, sampai kamu sudah tidak bisa lagi merasa, kamu menjadi kebas, kamu sudah tidak lagi bisa merasakan sinyal-sinyal yang aku pancarkan, tidak bisa lagi memahami rambu-rambu yang aku kirim.”
Otak: “Tunggu….”
Hati: “Aku tidak sepandai kamu, aku tidak hebat dalam hitung menghitung, memprediksi dan menganalisis. Tapi aku mampu menyimpan rekaman kejadian-kejadian yang pernah kita alami bersama, dan Tuhan memberi aku berkah yang mampu memberikan kamu sinyal untuk berhati-hati dalam melangkan, menentukan pilihan. Aku ini rem buat kamu.”
Otak: “Oke..oke… Sebenernya apa sih yang pengen kamu sampein? Coba omongin dengan bahasa yang singkat dan jelas.”
Hati: “Aku mau bilang, please take me seriously. Pahami sinyal dan rambu-rambu yang abu pancarkan. We are two become one right…. Kamu tahu? Semakin kencang kamu belari mengejar jentikan jari ajaibmu, semakin aku tidak merasa tenang dan nyaman dalam menjalani hubungan ini.”
Otak: “Maksudmu, kita sudah tidak satu tujuan, kita melangkah ke arah yang berlawanan, kita udah ga bisa bersama-sama lagi? Kamu mau kita pisah? It’s not possible, we are two become one, remember!”
Hati: Bukan itu maksudnya ☺ Aku mau kamu memikirkan satu tempat, satu titik di mana kita bisa bertemu dan saling berbagi senyuman puas. Mungkin di suatu saat nanti kita janjian untuk bertemu di satu titik itu, kamu datang dengan senyuman puas sambil menenteng jentikan jari ajaib KW2 atau KW3 mu, aku menyambutmu dengan senyum bangga karena tau KW2 atau KW3 yang kamu raih itu dengan menghargai sinyal dan rambu-rambu dariku, dan aku merasa nyaman dan tentram oleh karenanya. Aku ingin KITA merasa puas dengan apa yang sudah kita capai sekarang, bersukur karena diberi kesempatan untuk mencapai lebih, aku berharap KITA bisa menjalani proses-proses lainnya bersama-sama. Kamu dengan pemikiran-pemikiran, analisis, dan prediksi brilianmu, aku dengan sinyal dan rambu-rambu yang menentramkan. Can we do that….?
Otak: ……………………. (diam)
Hati: “Aku perlu bicara, tolong duduk sebentar.”
Otak: “OK. Kenapa? Kamu ngomong aja, aku sambil nyelesain pekerjaan ini.”
Hati: “Berhenti dulu donk, aku perlu ngomong serius.”
Otak: “Ada apa lagi sih? kamu kan tau, banyak harus kita capai n selesaikan.”
Hati: “Itu yang ingin aku bicarakan, yang ingin KITA capai dan selsaikan. Ini berkaitan dengan hubungan kita. Sebenernya apa sih yang ingin kamu capai?”
Otak: “Loh? Pertanyaanmu aneh, seperti kebanyakan lah, aku pengen kita punya karier yang bagus, punya harta yang banyak, rumah, kendaraan. Intinya apa pun yang kita inginkan bisa terwujud dengan jentikan jari.”
Hati: “Kamu ga bertanya apa yang ingin aku capai? Karena ini berhubungan kengan KITA bukan?”
Otak: “Ha..ha… kamu tuh lucu deh, kita itu two become one, jadi seberapa beda sih, apa yang kamu ingin capai dengan yang ingin aku capai, paling bedanya dalam ukuran mikro, kalaupun ada. Kita tuh seperti Batman n Robin, kita punya cita-cita dan tujuan yang sama.”
Hati: “Just ask me, please!”
Otak: “Oke, klo itu bisa bikin kamu senang. Apa sih yang ingin kamu capai?”
Hati: “Aku ingin merasa tenang dan nyaman dalam menjalani hubungan kita.”
Otak: “Betulkan aku bilang, cuma dalam ukuran mikro, apa yang ingin kamu capai dan yang ingin aku capai sama, cuma kita menyampaikannya dalam bahasa yang berbeda.”
Hati: “Sama bagaimana? Aku melihatnya beda.”
Otak: “Let’s me do the math for you, karena memang biasanya aku yang melakukan itu, kan, heeh. Ketika kita memiliki apa yang ingin AKU capai, kita memiliki, jentikan jari ajaib, apa KAMU tidak akan merasa tenang? Apa KAMU tidak akan merasa nyaman? Intinya cuma itu ko’ sederhana aja, kamu aja yang bikin jadi rumit.”
Hati: “Kamu bicara hasil, tapi melupakan proses. Kamu bicara seolah jentikan jari ajaib itu di dapat dengan mudah, ada di bungkus kopi saset yang biasa kamu minum, ada di kuis sms saat jeda pertandingan liga yang biasa kamu tonton di TV.”
Otak: “Tapi memang menurut pikiran ku…..”
Hati: "Kamu lupa atau, memang melupakan, kalau dalam menjalani proses mencari jentikan jari ajaibmu itu, kamu menjadi sangat rasional, sangat sangat rasional, mengandalkan hitung2an mu, sampai kamu sudah tidak bisa lagi merasa, kamu menjadi kebas, kamu sudah tidak lagi bisa merasakan sinyal-sinyal yang aku pancarkan, tidak bisa lagi memahami rambu-rambu yang aku kirim.”
Otak: “Tunggu….”
Hati: “Aku tidak sepandai kamu, aku tidak hebat dalam hitung menghitung, memprediksi dan menganalisis. Tapi aku mampu menyimpan rekaman kejadian-kejadian yang pernah kita alami bersama, dan Tuhan memberi aku berkah yang mampu memberikan kamu sinyal untuk berhati-hati dalam melangkan, menentukan pilihan. Aku ini rem buat kamu.”
Otak: “Oke..oke… Sebenernya apa sih yang pengen kamu sampein? Coba omongin dengan bahasa yang singkat dan jelas.”
Hati: “Aku mau bilang, please take me seriously. Pahami sinyal dan rambu-rambu yang abu pancarkan. We are two become one right…. Kamu tahu? Semakin kencang kamu belari mengejar jentikan jari ajaibmu, semakin aku tidak merasa tenang dan nyaman dalam menjalani hubungan ini.”
Otak: “Maksudmu, kita sudah tidak satu tujuan, kita melangkah ke arah yang berlawanan, kita udah ga bisa bersama-sama lagi? Kamu mau kita pisah? It’s not possible, we are two become one, remember!”
Hati: Bukan itu maksudnya ☺ Aku mau kamu memikirkan satu tempat, satu titik di mana kita bisa bertemu dan saling berbagi senyuman puas. Mungkin di suatu saat nanti kita janjian untuk bertemu di satu titik itu, kamu datang dengan senyuman puas sambil menenteng jentikan jari ajaib KW2 atau KW3 mu, aku menyambutmu dengan senyum bangga karena tau KW2 atau KW3 yang kamu raih itu dengan menghargai sinyal dan rambu-rambu dariku, dan aku merasa nyaman dan tentram oleh karenanya. Aku ingin KITA merasa puas dengan apa yang sudah kita capai sekarang, bersukur karena diberi kesempatan untuk mencapai lebih, aku berharap KITA bisa menjalani proses-proses lainnya bersama-sama. Kamu dengan pemikiran-pemikiran, analisis, dan prediksi brilianmu, aku dengan sinyal dan rambu-rambu yang menentramkan. Can we do that….?
Otak: ……………………. (diam)