Wednesday, May 18, 2011

ZKOMITMEN

“Tadi pertanyaannya apa deh, bisa diulang ga?” 

“Maksud kamu apa ya?” 

Ha..ha..ha..., Entah kenapa, biasanya para pria secara tiba-tiba menderita sakit yang padahal ga pernah ada dalam rekam medisnya sebelum ini. Biasanya terjadi klo mereka udah diajak bicara soal “komitmen”. Para pria langsung kena temporary lost memory, yg kaya di sinetron-sinetron itu loh, yang klo diajak ngomong suka ngga nyambung.  Mendadak kehilangan ketajaman pendengarannya, “Kamu bilang apa tadi?”  Atau tiba-tiba jadi copy-cat akut, komplikasi dengan kehilangan ketajaman pendengaran, scene-nya kaya gini kira-kira:

Wanita : “Ayang, aku mau hubungan kita diresmikan dengan pertunangan."
Pria     : “Apa? Kamu mau hubungan kita diresmikan dengan pertunangan?”
Wanita : “Iya, aku mau kita segera menikah.”
Pria      : “Apa? Kamu mau kita segera menikah?”
Wanita : “Iya lah, Papa dan Mama udah pengen punya cucu.”
Pria      : “Apa? Papa dan Mama sudah pengen punya cucu.?
Wanita : “Kamu kenapa sih? Aneh bener!”
Pria      : “Apa? Aku kenapa? Aneh bener!”
Wanita : ............................

(Sorry adegan ini harus gw hentikan segera, karena Si wanita baru kembali dari dapur  nenteng tabung gas 3 kg, khawatir terjadinya tindak kekerasan di tulisan ini, maka gw memutuskan untuk tidak melanjutkan dialog tentang “komitmen” di atas, sekali lagi gw minta maaf.)

Kok’ kata komitmen sepertinya jadi kata yang menakutkan buat pria, kata keramat, kata yang ga pas digunakan dalam kehidupan normal, cuma digunakan oleh dukun untuk manggil jin, untuk ritual memanggil arwah, pokoknya bukan untuk digunakan pada kehidupan normal, hubungan pria dan wanita misalnya.  segitunya ya..... :D

Sebelom para pria n wanita yang yakin klo pasangan mereka berkomitmen nyumpahin gw macem-macem, let
me get this straight,  ini cuma hasil dialog gw dengan beberapa teman. Bukan hasil survei dengan data yang valid. Tapi gw ngerasa beberapa yang gw dapat dari dialog ini bisa dipake, khususnya untuk para wanita to understand us more. Jadi ladies, jangan khawatir, masiiih baaanyak duda-duda berkomitmen *halah*

Seorang teman wanita bilang gini, “ga pernah tuh gw temuin kata “komitmen” dalam kamus pria,”  n gw berusaha ga membela diri, membela harga diri kaum gw waktu itu, soalnya gw harus berperan sebagai “wanita” penuh empati atas masalah yang dialami temen gw.... “Ember.... cowo tuh nek, emang ga bisa dipengang mulutnya.”  Ups kelepasan.... *benerin pita suara* tes... tes....satu... dua.... tiga...

But I can explain, Kalian, para wanita, ga akan pernah menemukan kata "Komitmen" dalam kamus pria, I can assure you that, kenapa? karena para wanita mencarinya di huruf “K”, coba cari di huruf “Z” disitu akan ketemu kata ZKomitmen.

Maksudnya? Seorang pria akan berzkomitmen, setelah ia memahami apa itu Cinta, bagaimana mencintai, siapa orang yang tepat untuk dicintai. Setelah itu muncul kata mapan, apa ia cukup mapan untuk mencintai wanitanya, gw ga cuma bilang mapan secara materi aja, mapan secara mental, yakin pada pilihannya, yakin untuk ga kesandung or nabrak pintu gara-gara kelilipan wanita lain. Dari situ muncul kata Sayang, apa cinta dan mapan itu bisa dia aplikasikan dalam bentuk sayang ketika membina hubungan, ada lagi Tanggung jawab. Intinya, sebelum seorang pria sampai pada zkomitmen, ada A sampai Y yang harus dia pahami dan kerjain dulu.  

Ribet bener ya Pria itu! Yup, we are, coba deh peratiin, klo pas pria ketauan selingkuh, or kepergok ngelirik cewe laen ampe ngces, pasti belibet. he..he...he....*jadi inget tampang David Backham, pas di jutekin Victoria, gara2  “ngeces” ngeliat Lakers’ Girls di sebuah pertandiang NBA*
  
Lama bener donk! Iya, karena itu sifat alamiah kita, kaum pria. Kami emang terlambat dewasa untuk urusan ini, koneknya lama. Sekarang kita balik ke jaman kecil dulu. Jaman SD, ketika cewe-cewe sudah mulai memperhatikan penampilan n berharap disuit-suitin sama cowo-cowo imut, kami, para cowo imut, lagi asik berkotor-kotoran maen gundu (kelereng) di tanah kosong. Ketika kalian memasang poster seorang cowo bule yang poninya nusuk-nusuk mata di kamar, kami berkhayal kalo kami adalah seorang ninja yang mendapat misi khusus dari Presiden. Ini berlanjut sampe SMP, yang pasti dengan khayalan yang berbeda... he...he...

Tapi nyadar ga? ketika masuk SMA, posisi pikiran dan komposisi hormon kita sama. We catch you up girls.  Jadi wajar aja klo ketika wanita sudah memikirkan “I Love You,  kami para pria masih berkutik pada  “I’m Learning you” Ketika para wanita, berpikir, “I want us to go to the next step” kami masih berada pada “It feels comfortable to be with you.” atau ketika kalian bilang, “I want us to get merry” kami baru bisa bilang, “I love you, you always have something nice to say.” Tapi jangan khawatir we’ll get there, kami pasti akan sampai pada, “Let’s get merry, I wanna have you baby.” 

Nih gw kutip pertanyaan dari novel Mr. Commitment, yang gw baca, “Mana yang lebih penting kita mencapai kesimpulan yang sama? atau Kita mencapai kesimpulan yang sama pada waktu yang sama?  Idealnya sih kita mencapai kesimpulan yang sama pada waktu yang sama, tapi itu kemungkinannya 1 : 576.000, sama seperti kemungkinan orang tersambar petir *lebay bener*  

Buat gw, klo boleh mewakili kaum pria, yang penting adalah mencapai kesimpulan yang sama, soal siapa duluan, sok, silakan klo wanitanya yang nyampe duluan gapapa. Toh, abang pasti nyusul, eneng tungguin aja abang di sana, yang sabar ya neng. 

We might look strong on the surface, but not all the way through, di dalam kami begitu rapuh. Tepukan di punggung, pelukan hangat, kata-kata yang menyemangati akan sangat membantu kami, para pria, untuk bertahan dari badai, dan mempercepat langkah kami menuju zkomitmen. :D

So, how about a hug? It sure makes me comfortable....

4 comments:

  1. There's nothing left to say, but AWESOME! translate it into English plz hehehee... keep rocking dude ;)

    ReplyDelete
  2. gk nyangke lo ude dude...ckckckck

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Men...
    They were born, juvenile and die.
    Never grown up.

    ReplyDelete