Friday, March 11, 2011

Berdamai dengan Pengadil


Satu hari menjelang derby panas, di kandang Setan Merah. MU akan menjamu Arsenal. Misinya memperebutkan 1 tiket perempat final Piala FA. Setan Merah dan Meriam London punya sejarah pertemuan yang panjang, dan panas, gw bicara di atas suhu air mendidih, 100 derajat celcius.
Yang paling gw inget adalah ketika The Gunners, yang kala itu masih dihuni para "Bad Boys", dengan bek-bek tengah mereka yg berbadan tinggi keker. Ada Tony Adams, Martin Kewon, pemain tengah yang tringginas, bertenaga badak kaya Vierra. dan pemain2 yang licin menyayat pertahanan lawan kaya Ljunberg n Pires, bertemu, wasit pasti jadi orang yg paling sibuk dilapangan, entah ngeluarin kartu, entah melerai pertikaian antar pemain. Yang pasti pada era itu The Gunners menjadi seperti menjadi Bad Boys, biang kerusuhan, mengandalkan permainan fisik, banyak dikritik karena permainannya, yang menurut mereka cenderung kasar, dan yang pasti menjadi musuh banyak pengadil lapangan. Tapi ga bisa dipungkirin itu adalah masa keemasan The Gunners, di mana mereka memenangkan banyak tropi.

Masa itu sudah berlalu, "The Bad Boys" sudah berganti menjadi "The Young Gunners", anak-anak bengal London utara sudah bertransformasi menjadi

Thursday, March 10, 2011

Are U my Home?


Walking alone following the light.
The light hurt my eyes, Home.
Can see nothing.
I am blinded, Home.

Got a lot in my head to tell,
Nobody listening, Home.
They are too busy.
I' am mute now, Home.

Morning looks so beautiful, Home.
Trying to sense the morning air,
I'm choked, can't breath.
I' am faint, Home.

When this head seems overload I turn to you, Home.
When I' am too tired to follow this "no where" road,
I can relax my feet with you by my side, Home.
Home, you always has someting nice to say to comfort me.

Are you my Home?
Where I can close my eyes to see beautiful light.

Are you my Home?
Are you a place, where I can rest my head.

Are you my Home?
Where I can get my morning air.

Are you my Home?